Versi eBook buku-buku saya sudah rilis

Setelah sekian lama, saya akhirnya memutuskan untuk merilis versi eBook dari buku-buku saya, yaitu:

  • Ketika Investor Saham Membaca Laporan Keuangan
  • Investasi Saham dalam Ilustrasi
  • Street Investing
  • The Fundamental Puzzle
  • Behind Investing Ideas
  • Investing Ideas
https://www.tokopedia.com/rempoashophttps://www.tokopedia.com/rempoashop

Sebagai catatan, Investing Ideas adalah versi awal dari Street Investing.

Buku-bukunya bisa didapatkan di Rempoashop di Tokopedia.

Semoga bermanfaat ya 🙂

Posted in Buku Yang Saya Baca, Investasi | Tagged , , , , , , , , | 1 Comment

ROE yang tinggi dan konsisten akan membuat perusahaan terus tumbuh?

ROE (Return on Equity) adalah imbal hasil terhadap modal pemegang saham. Artinya, semakin tinggi ROE semakin baik. Namun tingginya ROE ini bisa menjadi ancaman tersendiri bagi perusahaan tersebut.

Mengapa?

Bisnis dengan ROE yang tinggi akan menarik para kompetitor untuk ikut serta.

Ibaratnya, ada gula ada semut.

Kompetitor yang terus berdatangan akan menggerus pangsa pasar perusahaan sehingga laba akan turun dan membuat ROE pun ikut turun.

Sampai kapan ROE akan turun?

Kompetitor akan mulai berhenti berdatangan manakala ROE sangat rendah dan bisnisnya menjadi tidak menarik lagi untuk dimasuki. Oleh karenanya, bagi sebuah perusahaan, tidaklah mudah untuk bisa mempertahankan ROE yang tinggi dalam jangka panjang.

Tidaklah mengherankan dalam catatan saya hanya ada 14,4% emiten (53 dari 368) yang memiliki ROE rata-rata di atas 15% selama 15 tahun terakhir. Sebagai perbandingan, selama 15 tahun terakhir ROE rata-rata emiten di BEI adalah sekitar 12,2%. (Sumber: Laporan keuangan emiten 2008-2022, diolah).

Menjadi sangat menarik jika kita mencermati perusahaan-perusahaan seperti itu.

ROE yang tinggi dan konsisten biasanya mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan kompetitornya sehingga bisnisnya pun terus tumbuh.

Tentu saja hal tersebut disertai dengan catatan:

  1. Ekuitasnya juga tumbuh (Tidak seluruh laba bersih dibagikan sebagai dividen)
  2. Tidak memiliki banyak utang (karena ROE akan terdongkrak).

Mengutip kata-kata bijak dari eyang WB:

“Bisnis yang ideal adalah bisnis dengan tingkat pengembalian modal yang tinggi dan terus menggunakan modal tersebut untuk menghasilkan tingkat pengembalian modal yang tinggi.

Bisnis seperti itu akan menjadi mesin compounding.”

— Warren Buffett —

Posted in Analisa Fundamental Saham (Bermain dengan Angka), Stock Picking Strategies, Strategi Investasi | Tagged , , , , | Leave a comment

Faktor ‘X’ dalam investasi saham

Ketika memilih saham tentu kita akan melakukan analisis dengan cermat dan hati-hati. Bukan hanya untuk mendapatkan hasil yang baik, analisis yang mendalam akan bisa membantu kita untuk meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.

Walaupun begitu, ada kalanya muncul permasalahan yang belum kita perkirakan sebelumnya.

Hal ini saya sebut sebagai Faktor ‘X’.

Bisa jadi ada perubahan regulasi yang bisa menekan bisnisnya.
Bisa jadi juga terjadi disrupsi di industrinya yang menyebabkan produknya menjadi tidak relevan.
Bisa jadi kondisi ekonomi memburuk yang menyebabkan bisnisnya tidak bisa bangkit kembali.

Apapun itu, kita harus menyadari bahwa aspek tak terduga alias faktor ‘X’ mungkin terjadi.

Lalu bagaimana cara kita mengantisipasinya?

Pertama, jangan terburu-buru mengambil keputusan. Cari informasi dan lakukan analisis. Apakah benar dampaknya seburuk yang terlihat? Bisa jadi penurunan harga sahamnya lebih didominasi oleh sentimen yang membuatnya terlihat jauh lebih buruk daripada sebenarnya.

Kedua, buat skenario mitigasi. Selalu siapkan langkah-langkah yang akan kita lakukan jika ada hal-hal tak terduga. Apakah sahamnya sebaiknya kita tahan, jual sebagian, jual seluruhnya, atau malahan menambah posisi?

Ketiga, lakukan diversifikasi secukupnya. Lho, diversifikasi kan bisa membuat return jadi kecil?
Dalam kadar yang pas, diversifikasi bisa mengurangi risiko permasalahan pada salah satu saham tanpa banyak mengorbankan potensi return. Salah satu faktor penting yang membuat saya bisa survive selama ini adalah diversifikasi.

Akhir kata, jangan pernah meremehkan adanya faktor X yang bisa membuat investasi kita yang awalnya terlihat lancar menjadi tidak baik-baik saja.

Investasi saham itu bukan sekedar dapat cuan besar namun setelahnya berantakan. Bagaimana kita bisa survive tidak kalah atau malahan lebih penting.

Semoga kita semua bisa menjadi investor yang lebih baik.

Posted in Strategi Investasi | Tagged , , | Leave a comment

Saham seperti apa yang menarik perhatian saya?

Mendapatkan ide tentang suatu saham itu terkadang tidak mudah. Namun jika sudah terbiasa, kita bisa membuatnya lebih sistematis sehingga akan bisa cepat menangkap sebuah peluang. Ada beberapa ciri-ciri yang menjadi patokan awal saya untuk mencari saham-saham yang potensial.

Apa saja itu?

  1. Saham bagus yang sedang dijual murah
    Bisnis sudah teruji lama, namun sekarang sedang dijual murah (yang biasanya jarang terjadi). Biasanya saya sudah paham bisnisnya seperti apa.

Hints:
ROE rata-rata tinggi
DER kecil
Rajin bagi dividen
PER dan PBV di bawah rata-rata historis (< -1 SD)

Note: Bedakan antara murah dan murahan.

  1. Kas yang melimpah
    Bisnis yang bagus akan terus menghasilkan cash flow hingga cash akan terus menumpuk, terlebih jika operating cash flow lebih besar daripada kebutuhan untuk ekspansi.

Hints:
Cash > liabilitas (net cash)
Lebih menarik lagi jika cash > market cap + debt
Rajin bagi dividen

Note: cash adalah hasil operasional & bukan hasil dari aksi korporasi seperti IPO, rights issue, atau penambahan utang.

  1. Ada potensi turnaround
    Saham yang dulunya jelek namun mulai menunjukkan perbaikan.

Hints:
Laba bersih dan OCF (ttm) mulai meningkat walaupun mungkin masih negatif.
Masalah utang mulai teratasi
Mungkin ada pergantian manajemen

Note: Sangat mungkin saham seperti ini sedang dijauhi oleh pasar. Artinya, kita harus bisa berpikir secara independen.

  1. Bisnisnya tumbuh dengan cepat
    Ditandai dengan pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang tinggi.

Hints:
CAGR laba bersih 3 thn > CAGR laba bersih 5 thn
Laba bersih tumbuh > pertumbuhan ekonomi (gunakan data historis 3-5 tahun ke belakang)
Bonus jika perusahaan belum terlalu besar (ada potensi untuk terus tumbuh)

Note: Pastikan bahwa secara riil kita melihat ada demand tinggi terhadap produknya.

  1. Berpotensi untuk menjadi besar bisnisnya
    Saham seperti ini agak jarang ditemui dan jika ada, kita harus memantau perkembangannya dari waktu ke waktu.

Hints:
Biasanya belum bisa dicover oleh institusi karena ukurannya masih terlalu kecil.
Ada demand yang sangat tinggi terhadap produk-produknya.
Progress terlihat jelas dari waktu ke waktu

Note: Potensi bisnisnya gagal cukup besar. Saya biasanya hanya titip sandal dulu. Saya akan menambah posisi jika bisnisnya menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan harapan.

Jelas kita harus mau membaca laporan keuangan jika ingin menemukan saham-saham potensial dengan cara-cara tersebut.

Screener saham akan sangat membantu untuk mempersingkat waktu pencarian.

Posted in Stock Picking Strategies | Tagged , , , , , , , | Leave a comment

Apakah manajemen mampu mengalokasikan modal dengan baik? Mari kita uji dengan Buffett’s $1 Test

Perusahaan biasanya akan menahan sebagian laba bersihnya untuk mengembangkan bisnisnya. Inilah yang disebut dengan laba ditahan. Tentu saja perusahaan harus memiliki alasan yang kuat mengapa laba tersebut tidak dibagikan sebagai dividen. Laba yang ditahan tersebut harus bisa menguntungkan bagi investor.

Kemampuan manajemen untuk mengalokasikan modal (terutama yang bersumber dari laba ditahan) sangatlah penting untuk kita analisis. Jika manajemen tidak mampu untuk melakukannya, akan lebih baik laba tersebut tidak ditahan dan dibagikan sebagai dividen saja sehingga investor akan bisa mengalokasikannya ke tempat-tempat yang lebih menguntungkan baginya.

Lalu bagaimana cara kita mengetahui apakah modal telah dialokasikan dengan baik?

Pada Berkshire Letter to Shareholder tahun 1984, Warren Buffett menunjukkan caranya.

“Laba seharusnya hanya ditahan jika ada prospek yang masuk akal (dengan didukung oleh bukti historis atau analisis yang tepat dan mendalam terhadap masa depannya) bahwa setiap $1 yang ditahan setidaknya akan menghasilkan kenaikan $1 nilai pasarnya.

Hal tersebut hanya akan terjadi jika laba yang ditahan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi daripada instrumen investasi lain.”

–Warren Buffett, BLS 1984 –

Sebagai contoh BBCA…

EPS BBCA naik dari 210 pada tahun 2018 menjadi 395 pada tahun 2023.
Pada kurun waktu tersebut, ada sebesar 709 /saham laba yang ditahan (tidak dibagikan menjadi dividen) –> 2018: 1.100 , 2023: 1.809

Apakah laba ditahan tersebut memberikan nilai tambah bagi investornya?

Untuk mengetahuinya, mari kita hitung RORE (Return on Retained Earnings) BBCA:

RORE = (Laba bersih(t+5) – Laba bersih(t))/(Laba ditahan(t+5) – Laba ditahan(t)) = (395 – 210) / (1.809 – 1.100) = 26,1%

Apa yang perlu kita pikirkan tentang hasil tersebut?

Jika seandainya laba ditahan tersebut dibagikan sebagai dividen, apakah kita bisa mendapatkan imbal hasil sebesar 26,1% tersebut dari tempat lain?

Jika sulit, maka laba yang ditahan tersebut memberikan nilai tambah bagi kita.

Selanjutnya, kita perlu mengetahui apakah setiap rupiah laba yang ditahan akan memberikan kenaikan harga yang sebanding?

Kenaikan laba ditahan –> 709/saham
Kenaikan harga saham –> 4.200 (2018: 5.200, 2023: 9.400

Artinya, setiap Rp 1 laba ditahan akan menghasilkan kenaikan harga saham Rp 5,9 (4.200/709).

Karena nilainya > 1, laba yang ditahan memberikan imbal hasil yang bagus bagi investornya.

Buffett’s $1 Test adalah cara yang cukup baik untuk dapat kita gunakan untuk mengetahui apakah manajemen selama ini telah mengalokasikan modal dengan baik atau tidak.

Dengan kata lain, tes ini adalah versi Buffett tentang cost of capital.

Tes ini sangat penting karena suatu perusahaan bisa saja tumbuh labanya namun untuk itu harus mengeluarkan modal yang besar sehingga malahan akan mengurangi value perusahaannya.

Growth hanya akan berarti jika bisa menambah value perusahaan.

Yang perlu diingat, analisis ini hanya melibatkan data masa lalu dan tidak menjamin apakah di masa depan akan seperti itu.

Disclaimer: Tulisan ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham.

Posted in Analisa Fundamental Saham (Bermain dengan Angka), Strategi Investasi | Tagged , , , , | Leave a comment

5 Faktor Yang Bisa Membuat Kita Salah Memilih Saham

Komentar yang terkadang muncul:

“Saham ini bagus tapi kok harganya jalan di tempat? Gak guna analisis fundamental. Gak kasih cuan!”

Pernah juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan return yang memuaskan dari investasi saham? Saya mencoba share beberapa faktor yang bisa menjadi penyebabnya.

  1. Terlalu terburu-buru membeli. Baru cek sekilas terlihat bagus, langsung memutuskan untuk membeli. Padahal hal terpenting yang harus kita ketahui adalah red flag dari suatu saham. Dan itu tidak bisa kita ketahui dengan baca LK secara sekilas. All in tanpa tahu red flag nya bisa menjadi bencana.
  2. Tidak menyadari bahwa kondisi telah berubah. Memang benar pada saat kita beli, bisnisnya sedang bagus dan sahamnya memberikan keuntungan besar. Namun sejalan dengan waktu kondisi bisa berubah sehingga bisnisnya tidak sebagus sebelumnya. Di sinilah ‘loyalitas’ pada suatu saham bisa menjadi masalah.
  3. Terjebak dengan harga yang terlihat murah. Ketika bisnis sedang berada di puncak, harga saham bisa terlihat murah karena tingginya EPS. Padahal kita perlu melihat apakah harga saat ini masih terlihat murah jika bisnisnya dalam kondisi normal. Bisa jadi dari sudut pandang itu, harga sekarang sudah mahal.
  4. Menjadi kontrarian tanpa timeframe yang jelas. Pada dasarnya, seorang value investor adalah seorang kontrarian. Namun seorang kontrarian belum tentu adalah seorang value investor. Jangan mengharapkan saham yang sudah bertahun-tahun dijual murah tiba-tiba naik dalam seminggu saja. Kecuali jika memang kita memiliki alasan yang kuat untuk itu.
  5. Yang bagus bagi pelanggan belum tentu baik juga bagi investornya. Jika produk/layanannya yang bagus, jangan terburu-buru membeli sahamnya. Selalu dalami kinerja keuangannya. Bisa jadi untuk memberikan layanan yang bagus, perusahaan harus mengeluarkan biaya yang terlalu besar.

Masa depan suatu perusahaan akan selalu abu-abu. Selalu ada hal yang akan bisa menjadi ganjalan. Kita tidak akan pernah bisa mendapatkan 100% kepastian tentang itu. Oleh karenanya, kemampuan kita dalam mengambil keputusan tanpa informasi yang sepenuhnya lengkap menjadi sangat penting.

Posted in Strategi Investasi | Tagged , , , | Leave a comment